Connect with us

Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menghadiri kegiatan Focus Grup Discussion (FGD) Persiapan Penyiapan Naskah Khutbah Jum’at. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan pengurus di antaranya Ustadz Abdul Muiz Ali (AMA) dan Abdullah Faqih yang menindaklanjuti surat permohonan Kementerian Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dengan nomor surat B.3658/Set.III.1/HM.00/11/2020.

Sebagai Informasi, sebelumnya Lembaga Dakwah PBNU sudah menerbitkan buku khutbah dengan judul ‘Kumpulan Khutbah Kiai-Kiai NU’. Buku Khutbah Lembaga Dakwah PBNU ini terdiri dari 449 halaman, dengan isi kumpulan khutbah jum’at 48 judul, khutbah idul fitri 7 judul, dan khutbah idul adha juga 7 judul. Sementara materi khutbah sesuai dengan moment atau peristiwa pada bulan hijriyah setiap bulannya.

Kegiatan FGD yang terselenggara pada Senin s.d. Jum’at (23 s.d. 27 November 2020) mendatang ini diselenggarakan di Hotel Morrissey Jl KH Wahid Hasyim No.7 Jakarta Pusat. dan dihadiri oleh oleh 30 peserta, perwakilan organisasi masyarakat, akademisi, dan beberapa DKM (Istiqlal, Sunda Kelapa, Attin, dan beberapa Masjid lainnya.

Pada kesempatan ini Ustadz Abdul Muiz Ali yang akrab disapa Ustadz AMA menyampaikan beberapa pehatiannya dalam penyusunan naskah khutbah jum’at. Menurutnya penyusunan khutbah harus sesuai dengan momentum peringatan hari besar Islam dan Nasional.

Advertisement

“Dalam penyusunan materi khutbah sesuai momentum seperti peringatan hari besar Islam,” kata Ustadz AMA, Senin (23/11).

Ustadz AMA juga menyampaikan agar khutbah yang disusun tidak terlalu panjang. “Khutbah yang disusun kemenag jangan terlalu panjang melebihi waktu sholat. itu begitu yang baik. Idealnya khutbah jum’at 15 sampai 20 menit,” tuturnya.

Tidak hanya itu, ia yang juga anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat juga menyampaikan bahwa konten isi khutbah harus memiliki semangat keagamaan dan peneguhan kebangsaan. Perihal materi menurutnya juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan, terlebih yang tidak banyak dipahami masyarakat seperti waris dan ekonomi syariah.

Ustadz AMA juga berharap output acara pada kegiatan ini paling tidak menerbitkan Surat Keputusan (SK) Tim Pembentukan Khutbah Jum’at.

Advertisement

Pada kesempatan yang sama di waktu yang berbeda Abdullah Faqihuddin Ulwan, pengurus dari kalangan milenial ini mengapresiasi penuh perhatian pemerintah kepada masyarakat dalam menyediakan naskah khutbah Jum’at yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan umat di manapun ia berada.

Merespon Focus Group Discussion (FGD) tersebut, Faqih begitu ia disapa mengatakan bahwa khutbah Jum’at dibutuhkan generasi milenial. Menurutnya, khutbah Jum’at adalah satu satunya sarana dakwah yang pasti diikuti oleh hampir semua generasi milenial (laki-laki).

“Khutbah Jum’at ini sangat dibutuhkan untuk generasi milenial, karena khutbah Jum’at ini media dakwah yang pasti dihadiri dan diikuti oleh anak muda. Jadi hal itu perlu jadi perhatian,” kata Faqih, Rabu (25/11).

Faqih menilai, hingga kini tidak jarang pelaksanaan khutbah Jum’at hanya sekadar pelaksanaan rukun Jum’at saja, hanya ritual semata yang memiliki arti ‘yang penting ada’. Baginya Khutbah Jum’at harus dapat menstimulus pikiran para pemuda sehingga berbuah pada tindakan yang baik.

Advertisement

Lebih lanjut ia memberi dua usul dalam penyusunan naskah khutbah yang dapat disenangi pemuda. Faqih mengakui usul ini ia peroleh dari diskusi dengan para milenial melalui medsos medsos yang ia miliki. Menurut hasil diskusinya dalam khutbah perlu ada gagasan gagasan baru yang disokong dengan khutbah dengan sistem poin pembahasan.

“Khutbah Jum’at dibuat per poin, artinya dengan gagasan yang dapat menarik untuk diketahui lebih lanjut. Seperti dua amanah yang diberikan Allah Swt kepada manusia, empat tips Rasulullah memerangi kaum jahiliyah, atau apapun yang bermanfaat untuk umat,” usul Faqih.

Poin kedua yang ia sampaikan adalah tentang variasi khutbah. Menurutnya pemuda umumnya kurang tertarik dengan hal yang lama, artinya para pemuda cenderung menyukai hal hal baru.

“Keragaman khutbah itu perlu, contoh khutbah idul adha, hampir di setiap tempat bahasannya tentang Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, ini baik dan banyak pembelajarannya, tetapi bagi pemuda, ada kejenuhan sehingga tidak ada gagasan baru yang menstimulus anak muda menyimak dengan baik,” tutur pengurus muda ini.

Advertisement

“Artinya perlu variasi dalam penyampaian dari sudut pandang lain,” lanjutnya mengusul.

Kegiatan FGD ini dibuka oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kamaruddin Amin dan diisi oleh beberapa narasumber ternama, di antaranya Sekjen Muhammadiyah Abd Mukti, Imam Besar Istiqlal Nasaruddin Umar, Ketua LD PBNU KH Agus Salim HS, Ketua Komisi Dakwah MUI KH Cholil Nafis, Najib Burhani, Rumadi Ahmad, Asrosi S Karni, Oman Faturrahman, dan beberapa pemateri lainnya. (fqh/dakwahnu)

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Populer