Kekhawatiran tokoh masyarakat dan dan ulama di Provinsi Banten mengenai sebaran faham Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) mulai terbukti. Dua wilayah di Provinsi Banten yakni Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Pandeglang terendus menjadi basis sebaran gerakan faham yang dianggap sesat ini.
Tokoh muda ulama Banten, sekaligus Sekretaris Majlis Ulama Indonesia Kota Serang Amas Tajduddin mengemukakan bahwa dua wilayah ini teridentifikasi menjadi basis sebaran ISIS di Provinsi Banten. Wilayah pertama yang terkuak yakni Kota Tangerang Selatan melalui terungkapnya identitas dan kota asal Abu Muhammad al-Indonesi, pria bersorban hitam, yang belakangan menjadi fenomenal di layar YouTube dengan ajakan jihadnya.
Wilayah berikutnya, Amas menyebutkan, Kabupaten Pandeglang juga terkuak dukungan sekelompok orang yang berafiliasi dengan ISIS. Mengenai identitas dan nama komunitas pendukung ISIS dari Kabupaten Pandeglang ini, Amas masih enggan menyebutkan secara gamblang.
“Kalau identifikasi ISIS di Banten belum teridentifikasi secara baik. Tapi ada dukungan di Pandeglang, tepatnya di Karang Tanjung, nanti akan kita infokan lebih lanjut,” kata Amas kepada wartawan di Kantor Komisi Informasi Provinsi Banten, Jl Ki Ajurum No.4 Cipocok Jaya, Kota Serang, Rabu (6/8/2014).
Mengenai dua wilayah ini, Amas menilai Tangsel merupakan tempat pelarian aktivis Islam radikal dari luar daerah untuk bermukim di sana, terutama wilayah Ciputat dan Pamulang.
Sementara temuan komunitas pendukung ISIS di Kabupaten Pandeglang ini, menurut Amas, tidak terlalu mengagetkan. Pasalnya, ada latar belakang sejarah gerakan radikal di Banten yang berada di wilayah tersebut. Selain itu, sentimen keagamaan yang cukup tinggi di Pandeglang membuat wilayah ini cenderung fanatik hanya pada satu agama saja.
“Ini dapat dilihat dari tidak adanya rumah ibadah lain selain masjid,” jelasnya.
Untuk wilayah tengah, seperti Serang dan sekitarnya, kata Amas relatif lebih terkontrol dari aliran Islam radikal mengingat banyak tokoh yang berada di wilayah ini dengan karakter masyarakat yang toleran.
“Ada korelasi pendukung mendirikan negara Islam di Indonesia. Ini sangat ideologis. Kelompok ini bersemangat mendirikan Islam di Indonesia Baik berbasis khilafah atau non khilafah,” jelas Amas.
Amas menambahkan, kelompok pendukung ISIS di Pandeglang ini, sudah menyatakan dukungannya secara tegas. “Karena menyangkut identitas seseorang kami tidak akan menyebutkan terlebih dahulu,” jawabnya kepada wartawan yang bertanya identitas.
Ditanya mengenai wilayah lain yang berpotensi memberikan dukungan atau terlibat dengan ISIS, khususnya Kota Serang dan Kabupaten Serang, Amas tidak melihat hal tersebut. “Di Serang belum ada, kalau Pandeglang ada. Saya khawatir perkembangan ini akan mengarah kepada gerakan radikal dan berlanjut pada gerakan teroris yang mengetengahkan isu mendirikan negara Islam dengan kekerasan.”
Khusus wilayah Kasemen, Amas meneruskan, memang ada embrio untuk radikalisme itu. Tapi radikalisme itu, menurut Amas bukan untuk mendirikan negara Islam. “FPI tidak untuk mendirikan negara Islam. Tapi mereka lebih menindak keras pelaku yang melanggar Perda. Jadi basisnya bukan ideologis,” paaprnya.
Mengenai isu pendirian negara Islam sendiri Amas mengkritiknya. Amas merujuk waktu zaman Nabi Muhammad SAW, toleransi umat beragama sangat diutamakan. “Piagam Madinah bukti bahwa pemeluk agama yang berbeda tetap dilindungi dan menjunjung toleransi umat beragama,” jelasnya.
Ada pun peran MUI sendiri, lanjut Amas, akan mendorong identifikasi sebaran dukungan dan partisipasi terhadap ISIS. “MUI tidak mengekskusi, aparat resmi yang akan mengamankan. MUI mendorong dan mengidentifikasi saja,” (rb/kt)