Connect with us

Lifestyle

Berat Badan Turun Drastis Setelah Diet Ketat? Ini 5 Efeknya Bagi Tubuh

Diet bisa bantu Anda mendapatkan berat badan ideal. Namun, Anda sebaiknya jangan terlalu ngotot menjalaninya sampai-sampai berat badan turun drastis. Meski target berat badan impian Anda bisa dicapai lebih cepat, penurunan berat badan amat drastis dalam waktu singkat malah berisiko memunculkan berbagai efek samping yang merugikan tubuh.

Berat badan turun drastis setelah diet ketat? Awas dampaknya yang merugikan bagi tubuh

1. Metabolisme tubuh melambat

Berat badan memang bisa turun jika Anda mengurangi makan, tapi makan terlalu sedikit juga dapat menurunkan kerja metabolisme tubuh. Metabolisme memengaruhi seberapa cepat tubuh Anda membakar kalori yang didapat dari makanan. Jika metabolisme Anda berjalan lambat, tubuh akan menggunakan kalori dari makanan lebih lambat.

Saat Anda memangkas total asupan kalori Anda jadi sangat sedikit dari biasanya, tubuh akan menganggap Anda sedang kelaparan sehingga akan memperlambat pembakaran kalori dalam tubuh Anda. Semakin lambat metabolisme, maka Anda juga akan membakar lebih sedikit kalori. Penurunan metabolisme bahkan bisa terus berlangsung lama setelah Anda selesai berdiet. Ini justru akan membahayakan.

Advertisement

Ketika nanti Anda kembali meningkatkan asupan kalori lebih tinggi, tubuh tidak akan membakar kalori secepat seperti semula. Maka ke depannya, Anda akan lebih kesulitan untuk menurunkan berat badan. Anda justru akan lebih mudah mengalami peningkatan berat badan setelah diet.

2. Kehilangan otot

salah berolahraga di gym

Ketika Anda menjalani diet ketat rendah kalori, berat badan memang bisa cepat turun drastis tapi belum tentu juga Anda kehilangan lemak. Justru sebenarnya massa ototlah yang hilang. Penelitian yang dimuat dalam jurnal Obesity Society tahun 2016 menunjukkan bahwa orang-orang yang berdiet sangat rendah kalori berisiko 6 kali lipat kehilangan massa ototnya.

Efek samping hilangnya massa otot saling berkaitan dengan penurunan metabolisme tubuh setelah berat badan turun drastis. Kerja metabolisme salah satunya ditentukan oleh massa otot yang Anda miliki. Semakin kecil massa otot Anda, semakin lambat kerja metabolisme tubuh. Akibatnya, akan semakin sedikit kalori yang dibakar tubuh. Hal ini cenderung membuat tubuh lebih banyak menyimpan kalori sehingga nantinya akan menyebabkan berat badan Anda naik.

Ini bisa terjadi ketika Anda hanya mengurangi makan, tapi tidak dibarengi dengan olahraga. Dengan berolahraga, Anda bisa mempertahankan bahkan meningkatkan massa otot sehingga metabolisme tubuh juga ikut meningkat.

Advertisement

3. Kekurangan zat gizi

zat gizi makro vs mikro

Berat badan yang turun drastis setelah diet ketat berisiko membuat Anda kekurangan zat gizi tertentu, karena Anda membatasi jumlah dan jenis makanan sehari-hari.

Diet ketat rendah kalori umumnya berisiko menyebabkan seseorang kekurangan zat besi, folat, kalsium, dan vitamin B12. Efek ini dapat merugikan kesehatan tubuh dalam jangka panjang. Kekurangan gizi dapat menyebabkan Anda mengalami kelelahan ekstrem, anemia, mudah sakit karena sistem imun melemah, sering kram otot, hingga rambut rontok parah.

4. Kulit mengendur

Cara mengencangkan kulit kendur

Berat badan turun drastis bisa membuat kulit tampak kendur dan bergelambir, khususnya di area perut, lengan, dan kaki. Ini karena kulit kehilangan elastisitasnya setelah sekian lama teregang oleh kehadiran lemak.

Penurunan berat badan yang instan membuat kulit tidak sempat menyusut mengikuti perubahan bentuk tubuh. Efek samping ini memang tidak menimbulkan konsekuensi kesehatan dalam jangka panjang, tapi bisa membuat minder akan penampilan fisik.

Advertisement

Pusat Kesehatan di Universitas Columbia menyarankan operasi sebagai satu-satunya jalan keluar untuk mengoreksi hal ini jika kulit tidak kembali mengikuti kontur tubuh setelah 2 tahun mengalami penurunan berat badan drastis.

5. Batu empedu

Kanker kolorektal adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kanker yang bermula dari usus besar hingga rektum (anus). Kanker ini juga bisa disebut sebagai kanker usus besar atau kanker rektum secara terpisah, tergantung pada lokasi bermulanya kanker. Apa dampaknya memiliki kanker usus besar pada kesehatan sistem pencernaan? Begini penjelasannya. Cara kerja sistem pencernaan tubuh yang normal Usus besar dan rektum adalah bagian dari sistem pencernaan. Bagian pertama dari sistem pencernaan (lambung dan usus halus) memproses makanan sebagai energi, sementara bagian terakhir (usus besar dan rektum) menyerap cairan untuk membentuk kotoran padat yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Setelah dikunyah dan ditelan, makanan bergerak dari kerongkongan menuju lambung. Di sinilah makanan sebagian diuraikan dan kemudian dikirim ke usus halus, atau disebut juga usus kecil. Usus ini disebut kecil karena lebih sempit daripada usus besar (kolon dan rektum), tetapi usus halus sebenarnya merupakan bagian terpanjang dari sistem pencernaan — dengan panjang sekitar 6 meter. Usus halus berfungsi untuk melanjutkan penguraian makanan dan menyerap sebagian besar nutrisi, yang kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Usus halus menyambung ke usus besar di perut kanan bawah. Sebagian besar usus besar terdiri dari saluran berotot dengan panjang sekitar 1,5 meter. Kolon menyerap air dan garam dari zat sisa makanan dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan residu kotoran. anatomi usus besar (sumber: WebMD) Usus besar (kolon) memiliki 4 bagian: Bagian pertama disebut kolon asenden. Bagian ini dimulai dengan kantung kecil (sekum) di mana usus halus tersambung dengan kolon dan memanjang ke atas di sisi perut kanan. Sekum juga merupakan tempat di mana usus buntu tersambung ke kolon. Bagian kedua disebut kolon transversum karena membentang dari sisi kanan ke kiri perut atas. Bagian ketiga, disebut kolon desenden, terus memanjang ke bawah di sisi kiri. Bagian keempat, dan yang terakhir, disebut kolon sigmoid karena bentuknya yang menyerupai huruf “S” atau “sigmoid.” Zat sisa makanan yang tersisa setelah melewati kolon disebut feses atau tinja. Kotoran ini diangkut dan disimpan di rektum, di 15 cm terakhir dari sistem pencernaan sampai waktunya dikeluarkan dari tubuh lewat anus. Dinding usus besar dan rektum terbentuk dari beberapa lapisan. Kanker kolorektal dimulai di lapisan terdalam dan bisa tumbuh melalui sebagian atau semua lapisan lainnya. Tingkat penyebaran kanker usus besar akan bergantung pada seberapa dalam kanker bertumbuh ke dalam lapisan-lapisan ini. Perkembangan kanker usus besar dalam tubuh Kebanyakan kanker usus besar berkembang perlahan selama beberapa tahun. Sebelum kanker berkembang, pertumbuhan jaringan atau tumor biasanya dimulai sebagai polip non-kanker pada dinding dalam usus besar atau rektum. Tahap perkembangan kanker usus besar (Ki-ka: polip kolon jinak hingga jadi tumor kanker) sumber: askdoctork.com Tumor adalah jaringan abnormal dan bisa bersifat jinak (bukan kanker) atau ganas (kanker). Polip adalah tumor non-kanker yang jinak. Beberapa polip bisa berubah menjadi kanker, tetapi tidak semuanya. Kemungkinan berubahnya polip menjadi kanker bergantung pada jenis polip itu sendiri. Ada dua jenis utama dari polip: Polip adenomatosa/adenoma (Gambar kedua dari kiri) adalah polip yang bisa berubah menjadi kanker. Oleh karena itu, adenoma disebut sebagai kondisi pra-kanker. Polip hiperplastik dan polip inflamasi, secara umum, bukanlah pra-kanker. Namun, beberapa dokter berpikir bahwa beberapa polip hiperplastik bisa menjadi pra-kanker atau bisa menjadi tanda peningkatan risiko terkena adenoma dan kanker, terutama jika polip ini tumbuh di kolon asenden. Jenis kondisi pra-kanker lainnya disebut displasia (gambar keempat dari kiri dari ilustrasi di atas). Displasia adalah area di dinding usus besar atau rektum di mana sel terlihat abnormal, tetapi tidak seperti sel kanker yang sesungguhnya, saat dilihat dengan mikroskop. Sel-sel ini bisa berubah menjadi kanker seiring waktu. Displasia biasanya ditemukan pada orang yang pernah terkena penyakit seperti kolitis ulseratif atau penyakit Crohn selama bertahun-tahun. Baik kolitis ulseratif dan penyakit Crohn menyebabkan peradangan kronis pada usus besar. Jika terbentuk polip, kanker pada akhirnya bisa mulai berkembang masuk ke dalam dinding usus besar atau rektum. Saat berada di dinding, sel-sel kanker kemudian bisa merasuk ke dalam pembuluh darah atau pembuluh getah bening. Pembuluh getah bening adalah saluran tipis dan kecil yang mengangkut kotoran dan cairan. Saluran-saluran ini pertama mengalir ke kelenjar getah bening, yaitu struktur berbentuk kacang yang mengandung sel-sel imun yang membantu melawan infeksi. Begitu menyebar ke dalam pembuluh darah atau pembuluh getah bening, sel-sel kanker bisa bergerak ke kelenjar getah bening terdekat atau bagian lain yang jauh di tubuh, seperti hati. Saat kanker menyebar ke bagian yang jauh di tubuh, ini disebut metastasis. Macam-macam jenis kanker usus besar Beberapa jenis kanker bisa dimulai di usus besar atau rektum, contohnya: Adenokarsinoma Lebih dari 95% kanker kolorektal adalah jenis kanker adenokarsinoma. Kanker ini dimulai di sel-sel yang membentuk kelenjar penghasil lendir untuk melumasi dinding dalam usus besar dan rektum. Saat dokter berbicara tentang kanker usus besar, inilah yang hampir selalu mereka maksudkan. Tumor karsinoid Tumor ini dimulai dari sel-sel penghasil hormon khusus di usus. Tumor stroma gastrointestinal (GIST) Tumor ini dimulai dari sel-sel khusus di dinding usus besar yang disebut sel interstisial dari Cajal. Beberapa bersifat jinak (non-kanker), dan lainnya bersifat ganas (kanker). Tumor ini bisa terdapat di setiap bagian sistem pencernaan, tetapi jarang ditemukan di usus besar. Limfoma Limfoma adalah jenis kanker yang memengaruhi sel sistem kekebalan tubuh, yang biasanya dimulai di kelenjar getah bening. Limfoma juga bisa dimulai di usus besar, rektum, atau organ lainnya. Sarkoma Sarkoma adalah jenis tumor yang bisa dimulai di pembuluh darah, otot, dan jaringan ikat pada dinding usus besar dan rektum. Sarkoma usus besar atau sarkoma rektum merupakan jenis kanker langka.

Dilansir dari Healthline, batu empedu adalah salah satu komplikasi paling umum dari penurunan berat badan secara drastis dalam waktu singkat.

Normalnya, kantong empedu akan melepaskan enzim pencernaan untuk memecah makanan berlemak sehingga dapat dicerna. Namun ketika Anda diet ketat, Anda tentu akan sangat membatasi porsi makanan berlemak, kan? Nah, ketika tubuh tidak mendapatkan cukup asupan lemak, kantong empedu akan stop memproduksi enzim tersebut yang menyebabkan garam empedu menurun.

Sementara itu, tubuh yang memecah cadangan lemak selama diet ketat membuat hati melepaskan kolesterol dalam jumlah banyak ke empedu, sehingga empedu menjadi jenuh. Batu empedu akan terbentuk ketika zat-zat di dalam enzim pencernaan lama-lama mengendap dan mengkristal menjadi batu. Terlebih, sering melewatkan makan atau tidak makan dalam waktu yang lama dapat menurunkan kontraksi kandung empedu untuk mengosongkan empedu. Akibatnya, batu empedu bisa terbentuk.

Advertisement

Batu empedu pada awalnya bisa tidak menunjukkan gejala apapun. Hal inilah yang harus diwaspadai, karena jika batu empedu terus membesar, gejala-gejala menyakitkan bisa mulai bermunculan sehingga Anda akan perlu menjalani operasi untuk mengangkat batu empedu tersebut.

Kabartangsel.com

Source

Advertisement

Populer