Connect with us

Nasional

Moeldoko: Ubah Paradigma Komunikasi, Biasakan Mendengar

JAKARTA – Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) diharapkan dapat memahami paradigma baru komunikasi dan memunculkan gagasan besar seperti bagaimana menjadikan hoaks atau berita palsu sebagai musuh bersama. Selain itu, organisasi ini juga diharapkan dapat menebarkan virus positif untuk memperkuat karakter bangsa.

Penegasan itu disampaikan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat menerima IMIKI di Bina Graha Kantor Staf Presiden, Kamis, 19 April 2018. IMIKI memiliki perhatian agar daya saing masyarakat Indonesia meningkat, sehingga menjadi bangsa mandiri, dengan sumber daya yang semakin meningkat kompetensinya di bidang masing-masing.

Kepada Kepala Staf Kepresidenan, IMIKI yang sudah berdiri 20 tahun ini menyampaikan rencana musyawarah nasional di Palembang pada 23 April mendatang. “Selain memilih kepengurusan baru, di Munas ini kami juga akan melakukan konsolidasi arah kebijakan organisasi ke depannya. Termasuk membahas isu-isu aktual komunikasi,” kata Ketua Wilayah II Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Cecep Irwansyah. Wilayah II IMIKI mencakup DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.

Moeldoko yang didampingi Staf Khusus Kepala Staf Kepresidenan Eddy Soepadmo dan Tenaga Ahli Utama Wandy Tuturoong berharap agar pada musyawarah nasional itu, IMIKI memberikan respon dan rekomendasi terhadap pesatnya perkembangan komunikasi di era digital saat ini.

Advertisement

“Saat ini terjadi paradigma baru komunikasi. Kalau dulu informasi sebagian besar disampaikan oleh wartawan, sekarang hampir semua orang menjadi wartawan. Sumber informasi sangat terbuka,” kata Moeldoko.

Kepala Staf Kepresidenan menjelaskan bahwa media membawa perubahan di bidang karakter secara luar biasa. “Kalau kita dibekali dengan agama yang kuat, kita tahu bahwa fitnah itu merupakan dosa besar. Tapi saat ini orang bisa melakukannya sambil ketawa-ketawa tanpa menyadari bahwa dampak dari perbuatannya sangat besar,” kata mantan Wakil Gubernur Lemhanas itu.

Moeldoko juga memberi pesan agar ada definisi ulang bagaimana membangun komunikasi yang efektif. “Dulu TNI sering mengambil komunikasi hanya satu arah, lebih ke direction. Sekarang hal seperti itu sudah tidak berlaku lagi. TNI harus membiasakan diri menjadi mendengar, jangan hanya terbiasa menjadi penyampai pesan,” jelas Panglima TNI 2013-2015 ini.

Advertisement

Populer