Connect with us

Lifestyle

Risiko Penularan COVID-19 di Kereta dan Transportasi Umum

Sejak awal pandemi merebak, para ahli kesehatan telah memperingatkan tentang tingginya risiko penularan COVID-19 di kereta, bus, dan transportasi umum lain. Kepadatan penumpang, lama waktu perjalanan, dan sirkulasi udara yang kurang baik di ruang tertutup bisa meningkatkan risiko penularan virus.

Seberapa besar risiko penularan dan bagaimana cara mencegahnya? 

Risiko Penularan COVID-19 di Kereta

Penularan covid-19 transportasi dan kereta

Sebuah studi terbaru menunjukkan risiko penularan COVID-19 di kereta sangat tergantung pada kedekatan posisi penumpang dengan orang yang terinfeksi. Semakin dekat, maka risiko penularan akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin jauh maka risikonya relatif rendah. 

Studi ini melibatkan ribuan penumpang yang bepergian dengan kereta cepat di China. Para peneliti menemukan bahwa tingkat penularan ke penumpang yang bersebelahan dengan orang terinfeksi COVID -19 sekitar 3,5%. 

Advertisement

Sedangkan penumpang di kursi depan atau belakangnya, rata-rata memiliki 1,5% peluang tertular COVID-19. Risiko penularan di kereta ini menjadi 10 kali lebih rendah bagi penumpang yang duduk berjarak satu atau dua kursi dari pasien COVID-19.

Fakta yang mengejutkan, para peneliti menemukan bahwa hanya 0,075% penumpang yang menggunakan kursi yang sebelumnya diduduki pasien COVID-19 bisa tertular virus tersebut.

Selain posisi duduk, lama waktu atau frekuensi kontak dengan pasien COVID-19 juga sangat penting. Risiko tertular akan meningkat sebesar 1,3% setiap jamnya bagi penumpang yang duduk bersebelahan dan 0,15%  bagi penumpang lainnya. 

Para peneliti percaya bahwa penumpang yang duduk bersebelahan lebih mudah tertular karena kemungkinan melakukan kontak fisik lebih tinggi atau sering bertatap muka. 

Advertisement

Mengurangi risiko penularan COVID-19 di transportasi umum

penularan covid-19 di transportasi umum kereta

penularan covid-19 di transportasi umum kereta

Virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 menular melalui cipratan cairan pernapasan (droplet) orang yang telah terinfeksi ketika ia batuk, bersin, atau bicara. Belakangan para peneliti juga menemukan, droplet pasien COVID-19 bisa menular melalui udara (airborne) dalam beberapa kondisi tertentu.

COVID-19 juga bisa menular melalui sentuhan dengan permukaan benda yang telah terkontaminasi virus corona lalu menyentuh mata, hidung, atau mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. 

Namun beberapa pekan terakhir, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) merevisi panduan pencegahan penularan COVID-19 terbaru. Panduan tersebut menyatakan bahwa penularan COVID-19 tidak dengan mudah terjadi melalui sentuhan dengan permukaan benda seperti tiang dalam gerbong kereta atau kursi. 

Meski begitu, kemungkinan jalur penularan ini tidak boleh diabaikan, apalagi risiko penularan virus di transportasi umum yang penuh sesak. Kita tidak tahu apakah ada atau tidak penumpang yang telah terinfeksi COVID-19 lalu berpotensi menularkan virus tersebut.

Advertisement

Sejak pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia, para ahli kesehatan telah memperingatkan tentang tingginya risiko penularan di kereta dan kendaraan umum lain. Terutama moda transportasi yang kerap dipadati penumpang.

Setelah PSBB dilonggarkan, pemerintah bahkan mencantumkan saran untuk perusahaan agar menyediakan fasilitas antar jemput karyawan dalam panduan protokol kesehatan New Normal bagi perkantoran.

Pencegahan penularan COVID-19 yang utama adalah physical distancing atau menjaga jarak aman. Dalam penerapannya di transportasi umum berarti dengan mengurangi kepadatan jumlah penumpang. Selain itu ventilasi atau sirkulasi udara dalam kendaraan umum harus berfungsi dengan baik dan pembersihan fasilitas harus dilakukan dengan rutin. 

Sedangkan dari sisi penumpang, pastikan Anda menggunakan masker, menjaga jarak, dan pastikan tidak menyentuh wajah dengan tangan kotor.

Advertisement

Risiko penularan COVID-19 di kereta dan transportasi umum lain memang tidak bisa dihilangkan, tetapi bisa sedikit dikurangi. Jakarta bisa mencontoh kota-kota lain seperti Seoul, Berlin, dan Tokyo, di mana aktivitas penumpang transportasi umum mulai pulih tapi tidak ada lonjakan kasus baru.

Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.

Kabartangsel.com

Source

Advertisement
Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Populer